SUMBER DAYA KONSUMEN
DAN PENGETAHUAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.Sumber
Daya Ekonomi
a.
pengertian sumber daya ekonomi
Potensi
sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya
dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki baik
yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors)
maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta
dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi). sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbarui (non-renewable or exhaustible resources). Jenis
sumberdaya ini pada dasarnya meliputi sumberdaya alam yang mensuplai energi
seperti minyak, gas alam, uranium, batubara serta mineral yang non energi
seperti misalnya : tembaga, nikel,aluminium,dll.Sumberdaya alam jenis ini
adalah sumberdaya alam dalam jumlah yang tetap berupa deposit mineral (mineral
deposits) diberbagai tempat dimuka bumi. Sumberdaya alam jenis ini bisa habis
baik karena sifatnya yang tidak bisa diganti oleh proses alam maupun karena proses
penggantian alamiahnya berjalan lebih lamban dari jumlah pemanfaatannya. sumberdaya alam yang potensial untuk
diperbarui (potentially renewable resources). Kategori sumberdaya alam ini
tergolong sumberdaya alam yang bisa habis dalam jangka pendek jika digunakan
dan dicemari secara cepat, namun demikian lambat laun akan dapat diganti
melalui proses alamiah misalnya ; pohon-pohon di hutan, rumput di padang
rumput, deposit air tanah, udara segar dan lain-lain Sumberdaya alam ini
keberadaannya harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam kerangka untuk
mendorong, mempercepat dan menunjang proses pembangunan wilayah (daerah). Namun
demikian penting untuk diperhatikan
aspek
ketersediaan termasuk daya dukungnya terhadap mobilitas pembangunan daerah,
karena apabila sumberdaya alam dengan 3 kategori ini dimanfaatkan dengan tidak
bijaksana dan arif maka sudah barang tentu stagnasi dan kemunduran dinamika
pembangunan ekonomi wilayah akan semakin cepat menjelma atau merupakan sesuatu
yang tidak bisa dihindarkan. Faktor sumberdaya manusia telah menghadirkan suatu proses pemikiran baru
dalam telaah teori-teori pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumberdaya
manusia sebagai poros utama pembangunan ekonomi baik dalam skala global,
nasional maupun daerah. Strategi pembangunan ini pertama kali diperkenalkan
oleh seorang pakar perencanaan pembangunan ekonomi berkebangsaan Pakistan yang
bernama Mahbub Ul Haq yang pada saat itu menjadi konsultan Utama United Nation
Development Programme (UNDP). Mahbub Ul Haq berpendapat bahwa pengembangan
sumberdaya manusia harus dijadikan landasan utama dalam kebijakan pembangunan
ekonomi di negara-negara sedang berkembang, dan hal ini dianggap penting
mengingat ketertinggalan negara-negara berkembang terhadap negara-negara
industri maju dalam tingkat kesejahteraan ekonomi seperti kualitas dan standar
hidup hanya akan dapat diperkecil manakala terjadi peningkatan yang sangat
signifikan dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
a.
Peranan Sumberdaya Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Tidak
dapat dipungkiri bahwa dalam era otonomi daerah dewasa ini, kecepatan dan
optimalisasi pembangunan wilayah (daerah) tentu akan sangat ditentukan oleh
kapasitas dan kapabilitas sumberdaya ekonomi (baik sumberdaya alam maupun
sumberdaya manusia).
Dalam
telaah teoritis, Hadi dan Anwar (1996) yang banyak menganalisis tentang
dinamika ketimpangan dan pembangunan ekonomi antar wilayah mengungkapkan bahwa
salah satu penyebab munculnya ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah di
Indonesia adalah adanya perbedaan dalam karakteristik limpahan sumberdaya alam
(resources endowment) dan sumberdaya manusia (human resources) disamping
beberapa faktor lain yang juga sangat krusial seperti perbedaan demografi,
perbedaan potensi lokasi, perbedaan aspek aksesibilitas dan kekuasaan (power)
dalam pengambilan keputusan serta perbedaan aspek potensi pasar.
Dengan
pola analisis sebagaimana diilustrasikan diatas dapat digarisbawahi bahwa
pengelolaan, ketersediaan, dan kebijakan yang tepat, relevan serta komprehensif
amat dibutuhkan dalam kaitannya dengan percepatan proses pembangunan ekonomi
daerah dan penguatan tatanan ekonomi daerah yang pada gilirannya dapat menjamin
keberlanjutan proses pembangunan ekonomi dimaksud. Namun amat disayangkan,
dinamika pelaksanaan pembangunan ekonomi wilayah (daerah) dalam era otonomi
daerah dewasa ini, memiliki atau menampakkan suatu kecenderungan dimana daerah
yang kaya akan sumberdaya alam lebih cepat menikmati kemajuan pembangunan bila
dibandingkan dengan wilayah lain yang miskin akan sumberdaya alam, hal ini
diperparah lagi dengan keterbatasan kualitas sumberdaya manusia. Apabila
kondisi seperti ini terus berlanjut maka tidaklah terlalu mengherankan manakala
issu tentang ketimpangan pembangunan antara wilayah (kawasan) yang merebak di
akhir Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama yang lalu, kembali muncul dengan
sosok yang semakin mengkhawatirkan.
Bagaimana
menggunakan sumberdaya alam untuk kepentingan rakyat banyak akan sangat
tergantung pada kemauan politik (political will) dan tindakan politik
(political action) dari pemerintahan daerah”. (Wasistiono, 2003)
1.2
Sumber Daya Sementara
a.
Barang yang Menggunakan Waktu
Produk
yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh: Menonton TV,
Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi, pulang pergi
(waktu wajib)
b.
Barang Penghemat Waktu
Produk
yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka.
Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food
1.3
Sumber Daya Kognitif
Pengertian
sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan.
a.
Periode sensorimotor
Menurut
Piaget,bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks
bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat
periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan
dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1.
Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan
berhubungan terutama dengan refleks.
2.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat
bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai
sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan
dan pemaknaan.
4.
Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan
sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai
sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut
berbeda (permanensi objek).
5.
Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai
delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru
untuk mencapai tujuan.
6.
Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan
awal kreatifitas
b.
Tahapan praoperasional
Tahapan
ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Pemikiran (Pra)Operasi dalam
teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap
objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara
logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan
merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti
mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan
semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut
Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul
antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan
keterampilan bahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan
kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif
bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu,
mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut
berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami
perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat
imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun
memiliki perasaan.
c.
Tahapan operasional konkrit
Tahapan
ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai
duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai.
Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
•
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri
lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
•
Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa
serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian
tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme(anggapan
bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
•
Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan
untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap
cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang
tinggi.
•
Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah,
kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan
bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
•
Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah
tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda
tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya
sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya
berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
d.
Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut
pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang
salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan
boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan
boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam
tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka
itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan
ke dalam laci oleh Ujang.
e.
Tahapan operasional formal
Tahap
operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori
Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas)
dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya
kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dilihat dari faktor biologis, tahapan
ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya),
menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif penawaran normal,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Informasi
umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat
tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
•
Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya
selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang
mundur.
•
Universal (tidak terkait budaya)
•
Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri
seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
•
Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
•
Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari
tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
•
Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir,
bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses
perkembangan
Skema
berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami
dunia. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori
pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan
pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya
digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya
ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis
binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengann
burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil,
berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung
unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang
burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi
adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses
ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman
atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada
sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label
"burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung
si anak.
Akomodasi
adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian
skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah
ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama
sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang
burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi
binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui
kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan
berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses
penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai
keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya
dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan
seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian
di atas.
Dengan
demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari
luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi
pengetahuannya.
1.4
Pengetahuan Organisasi:
Pengetahuan
Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Apa
yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli akan
tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut.
Pengetahuan
Konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam
produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan
dengan fungsinya sebagai konsumen.
(1)
Pengetahuan ttg karakteristik/atribut produk
(2)
Pengetahuan ttg manfaat produk
(3)
Pengetahuan ttg kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen.
(1)
Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan konsumen secara fisiologis
(2)
Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek sosial yang dirasakan
konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk
BAB 2 PEMBAHASAN
Contoh
Studi Kasus: Pengetahuan Konsumen (Consumer knowledge) Mengenai Perbankan Syariah dan Pengaruhnya
Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah
Bank Syariah dituntut untuk lebih gencar dan berani
membuka diri guna terus meningkatkan sosialisasi dengan masyarakat luas
terutama dalam menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penerapan syariah dalam
kehidupan tanpa terkecuali dalam aspek ekonomi.
Oleh
karena itu upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bank syariah
menjadi isu strategis dalam pengembangan bank syariah di masa yang akan datang.
Semakin baik pengetahuan tentang bank syariah semakin tinggi kemungkinan untuk
mengadopsi bank syariah. Sebagian besar masyarakat yang mengadopsi bank syariah
masih dominan dipengaruhi oleh emosi keagamaan belum berdasarkan pada pemahaman
rasional yang baik.
Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimilki konsumen
mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait
dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya
sebagai konsumen.
§
Pengetahuan Produk
Pengetahuan produk
sendiri merupakan konglomerat dari banyak jenis informasi yang berbeda.
Pengetahuan produk meliputi :
a). Kesadaran akan kategori dan merek produk di dalam
kategori produk
b). Terminologi produk
c). Atribut atau ciri produk
§
Pengetahuan Pembelian
Pengetahuan Pembelian (Purchase
knowledge) mencakupi bermacam potongan informasi yang dimiliki konsumen yang berhubungan erat
dengan perolehan produk.Kepercayaan tentang kategori produk secara umum
dan mengenai merek spesifik
§ Pengetahuan
Pemakaian
Pengetahuan pemakaian (Usage knowledge)
mencakup informasi yang tersedia di dalam ingatan mengenai bagaimana suatu
produk dapat digunakan dan apa yang diperlukan untuk menggunakan produk
tersebut
Tabel
4.11
Pengetahuan
Konsumen Mengenai Kehandalan Prinsip Bagi Hasil
dan
Keputusannya Menjadi Nasabah
Bobot Penilaian
|
Pengetahuan
Konsumen
|
Bobot
Penilaian
|
Keputusan Menjadi Nasabah
|
||
Frekuensi
|
%
|
Frekuensi
|
%
|
||
Sangat Mengetahui
|
11
|
11
|
Sangat
Menentukan Keputusan
|
39
|
39
|
Mengetahui
|
42
|
42
|
Menentukan Keputusan
|
39
|
39
|
Kurang Mengetahui
|
33
|
33
|
Kurang
Menentukan Keputusan
|
22
|
22
|
Tidak
Mengetahui
|
13
|
13
|
Tidak
Menentukan Keputusan
|
0
|
0
|
Sangat
Tidak Mengetahui
|
1
|
1
|
Sangat Tidak Menentukan Keputusan
|
0
|
0
|
Total
|
100
|
100
|
Total
|
100
|
100
|
Dilihat dari sisi pengambilan keputusan
terdapat komposisi yang berimbang antara nasabah yang menyatakan “sangat
menentukan” dan ”menentukan” keputusannya untuk menjadi nasabah Bank Syariah
Mandiri dengan komposisi 39 % dari total responden.
Tabel
4.12
Pengetahuan
Konsumen Mengenai Ciri Khas Islami
dan
Keputusannya Menjadi Nasabah
Bobot Penilaian
|
Pengetahuan
Konsumen
|
Bobot
Penilaian
|
Keputusan Menjadi Nasabah
|
||
Frekuensi
|
%
|
Frekuensi
|
%
|
||
Sangat Mengetahui
|
21
|
21
|
Sangat
Menentukan Keputusan
|
70
|
70
|
Mengetahui
|
61
|
61
|
Menentukan Keputusan
|
22
|
22
|
Kurang Mengetahui
|
17
|
17
|
Kurang
Menentukan Keputusan
|
7
|
7
|
Tidak
Mengetahui
|
1
|
1
|
Tidak
Menentukan Keputusan
|
1
|
1
|
Sangat
Tidak Mengetahui
|
0
|
0
|
Sangat Tidak Menentukan Keputusan
|
0
|
0
|
Total
|
100
|
100
|
Total
|
100
|
100
|
Sebesar 70 % responden menyatakan variabel ini
elemen yang “sangat menentukan” keputusan menjadi nasabah karena memang
atmosfer perusahaan inilah yang menjadi daya tarik tersendiri jika dibandingkan
dengan bank konvensional.
Tabel 4.13
Pengetahuan
Konsumen Mengenai Kemudahan
Prosedur
Pembukaan Rekening & Proses Transaksi
dan Keputusannya Menjadi Nasabah
Bobot Penilaian
|
Pengetahuan
Konsumen
|
Bobot
Penilaian
|
Keputusan Menjadi Nasabah
|
||
Frekuensi
|
%
|
Frekuensi
|
%
|
||
Sangat Mengetahui
|
14
|
14
|
Sangat
Menentukan Keputusan
|
21
|
21
|
Mengetahui
|
53
|
53
|
Menentukan Keputusan
|
46
|
46
|
Kurang Mengetahui
|
26
|
26
|
Kurang
Menentukan Keputusan
|
28
|
28
|
Tidak
Mengetahui
|
7
|
7
|
Tidak
Menentukan Keputusan
|
5
|
5
|
Sangat
Tidak Mengetahui
|
0
|
0
|
Sangat Tidak Menentukan Keputusan
|
0
|
0
|
Total
|
100
|
100
|
Total
|
100
|
100
|
Penilaian keputusan konsumen menunjukkan 46 %
“menentukan” dan 28 % “kurang menentukan” keputusannya menjadi nasabah.
Sehingga factor kemudahan prosedur pembukaan transaksi dan proses transaksi ini
harus terus diupayakan perusahaan agar tidak hanya dapat berjalan efektif namun
juga efisien.
BAB
3 PENUTUP
Berdasarkan
pembahasan dan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,
khususnya pada perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dalam bab IV,
dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian pengetahuan konsumen mengenai
perbankan syariah dan pengaruhnya terhadap keputusan menjadi nasabah, sebagai
berikut :
1. Menunjukkan
bahwa tingkat pengetahuan nasabah mengenai atribut produk BSM masih tergolong
kurang baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh jawaban yang diberikan responden
yang mengarah pada bobot penilaian kurang mengetahui terhadap variabel yang
diteliti seperti pengetahuan tentang keragaman produk, kualitas produk,
ketersediaan sarana dan prasarana, serta ketersediaan sarana informasi. Namun
pengetahuan tentang kehandalan prinsip bagi hasil, ciri khas Islami, kemudahan
prosedur pembukaan rekening dan transaksi, kredibilitas/reputasi BSM, jaminan
keamanan bank sudah terbilang baik. Dari sisi pengambilan keputusan, hampir
keseluruhan item dalam variabel ini menjadi faktor yang menentukan bahkan
sangat menentukan keputusan menjadi nasabah.
Pengetahuan manfaat produk Bank Syariah Mandiri secara
umum telah baik berdasarkan jawaban sebagian besar nasabah yakni mengetahui
akan variabel yang diteliti, hanya satu variabel yang belum cukup diketahui
responden yaitu manfaat bank syariah yang berperan mendorong pemerataan
pendapatan. Dari hasil penelitian juga didapat kecenderungan responden memilih
variabel ini sebagai penentu keputusannya menjadi nasabah.
Selanjutnya pengetahuan akan nilai kepuasan yang
diperoleh nasabah ketika menabung pada Bank Syariah Mandiri dinilai telah baik karena
mayoritas nasabah menyatakan mengetahui item pertanyaan yang diajukan seiring
dengan keputusannya menjadi nasabah ternyata sangat ditentukan oleh variabel
tersebut.
2. Dari hasil perhitungan dan pengujian
statistik secara simultan dengan metode regresi multiple yang menggunakan SPSS for windows versi 11.5 diperoleh
nilai R yang berasal dari perhitungan antara variable X dan variable Y, untuk
kemudian dilakukan pengujian dengan membandingkan Fhitung > Ftable
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan
terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan konsumen mengenai
perbankan syariah dengan keputusan menjadi nasabah Bank Syariah Mandiri.
Artinya terdapat kontribusi atau pengaruh variabel independent (pengetahuan
konsumen mengenai perbankan syariah) terhadap variabel dependent (keputusan
menjadi nasabah).
3. Jenis pengetahuan konsumen yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap keputusan menjadi nasabah Bank Syariah
Mandiri diketahui dengan menghitung koefisien multiple parsial. Selanjutnya
setelah melalui uji t didapatkan jenis pengetahuan yang paling berpengaruh
terhadap keputusan menjadi nasabah secara berturut-turut adalah variable X2
(pengetahuan manfaat produk) dan X3 (pengetahuan nilai kepuasan), sedangkan
variable X1 (pengetahuan atribut produk) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan.
SARAN
Mengacu pada hasil pengolahan data dan pembahasan,
saran-saran yang dapat penulis berikan :
·
Bank Syariah Mandiri diharapkan
meningkatkan sosialisasi yang tidak hanya berorientasi pada publikasi
eksistensi perusahaan tetapi juga penekanan pada pemahaman masyarakat khususnya
nasabah berupa sosialisasi yang sifatnya informatif dan edukatif, melalui
sarana kunjungan, penyuluhan, publikasi berbagai media massa, dan sponsorship.
Adapun melalui kegiatan tersebut diharapkan pengetahuan nasabah mangenai
perbankan syariah akan semakin meningkat.
·
Peningkatan baik secara kuantitas maupun
kuanlitas pelayanan seperti memperluas jaringan kantor cabang, menambah jumlah
ATM, dan peningkatan variasi produk melalui inovasi yang sesuai kebutuhan dan
keinginan konsumen.
·
Dengan segala keterbatasan dalam
penelitian ini, penulis berharap agar dilakukan penelitian lebih lanjut terkait
dengan Consumer knowledge pada
konsumen perbankan syariah karena banyak hal yang dapat digali seputar variabel
yang diteliti sehingga akan memberikan masukan sekaligus manfaat bagi
pihak-pihak yang berkepentingan demi perkembangan sektor perbankan syariah.