Jumat, 11 November 2011


SUMBER DAYA KONSUMEN DAN PENGETAHUAN


BAB 1 PENDAHULUAN
1.Sumber Daya Ekonomi
a. pengertian sumber daya ekonomi
Potensi sumberdaya ekonomi atau lebih dikenal dengan potensi ekonomi pada dasarnya dapat diartikan sebagai sesuatu atau segala sesuatu sumberdaya yang dimiliki baik yang tergolong pada sumberdaya alam (natural resources/endowment factors) maupun potensi sumberdaya manusia yang dapat memberikan manfaat (benefit) serta dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan (ekonomi). sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui (non-renewable or exhaustible resources). Jenis sumberdaya ini pada dasarnya meliputi sumberdaya alam yang mensuplai energi seperti minyak, gas alam, uranium, batubara serta mineral yang non energi seperti misalnya : tembaga, nikel,aluminium,dll.Sumberdaya alam jenis ini adalah sumberdaya alam dalam jumlah yang tetap berupa deposit mineral (mineral deposits) diberbagai tempat dimuka bumi. Sumberdaya alam jenis ini bisa habis baik karena sifatnya yang tidak bisa diganti oleh proses alam maupun karena proses penggantian alamiahnya berjalan lebih lamban dari jumlah pemanfaatannya.  sumberdaya alam yang potensial untuk diperbarui (potentially renewable resources). Kategori sumberdaya alam ini tergolong sumberdaya alam yang bisa habis dalam jangka pendek jika digunakan dan dicemari secara cepat, namun demikian lambat laun akan dapat diganti melalui proses alamiah misalnya ; pohon-pohon di hutan, rumput di padang rumput, deposit air tanah, udara segar dan lain-lain Sumberdaya alam ini keberadaannya harus dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam kerangka untuk mendorong, mempercepat dan menunjang proses pembangunan wilayah (daerah). Namun demikian penting untuk diperhatikan

aspek ketersediaan termasuk daya dukungnya terhadap mobilitas pembangunan daerah, karena apabila sumberdaya alam dengan 3 kategori ini dimanfaatkan dengan tidak bijaksana dan arif maka sudah barang tentu stagnasi dan kemunduran dinamika pembangunan ekonomi wilayah akan semakin cepat menjelma atau merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Faktor sumberdaya manusia  telah menghadirkan suatu proses pemikiran baru dalam telaah teori-teori pembangunan ekonomi, yang menempatkan sumberdaya manusia sebagai poros utama pembangunan ekonomi baik dalam skala global, nasional maupun daerah. Strategi pembangunan ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang pakar perencanaan pembangunan ekonomi berkebangsaan Pakistan yang bernama Mahbub Ul Haq yang pada saat itu menjadi konsultan Utama United Nation Development Programme (UNDP). Mahbub Ul Haq berpendapat bahwa pengembangan sumberdaya manusia harus dijadikan landasan utama dalam kebijakan pembangunan ekonomi di negara-negara sedang berkembang, dan hal ini dianggap penting mengingat ketertinggalan negara-negara berkembang terhadap negara-negara industri maju dalam tingkat kesejahteraan ekonomi seperti kualitas dan standar hidup hanya akan dapat diperkecil manakala terjadi peningkatan yang sangat signifikan dalam pengembangan kualitas sumberdaya manusia.
a. Peranan Sumberdaya Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam era otonomi daerah dewasa ini, kecepatan dan optimalisasi pembangunan wilayah (daerah) tentu akan sangat ditentukan oleh kapasitas dan kapabilitas sumberdaya ekonomi (baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia).
Dalam telaah teoritis, Hadi dan Anwar (1996) yang banyak menganalisis tentang dinamika ketimpangan dan pembangunan ekonomi antar wilayah mengungkapkan bahwa salah satu penyebab munculnya ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah di Indonesia adalah adanya perbedaan dalam karakteristik limpahan sumberdaya alam (resources endowment) dan sumberdaya manusia (human resources) disamping beberapa faktor lain yang juga sangat krusial seperti perbedaan demografi, perbedaan potensi lokasi, perbedaan aspek aksesibilitas dan kekuasaan (power) dalam pengambilan keputusan serta perbedaan aspek potensi pasar.
Dengan pola analisis sebagaimana diilustrasikan diatas dapat digarisbawahi bahwa pengelolaan, ketersediaan, dan kebijakan yang tepat, relevan serta komprehensif amat dibutuhkan dalam kaitannya dengan percepatan proses pembangunan ekonomi daerah dan penguatan tatanan ekonomi daerah yang pada gilirannya dapat menjamin keberlanjutan proses pembangunan ekonomi dimaksud. Namun amat disayangkan, dinamika pelaksanaan pembangunan ekonomi wilayah (daerah) dalam era otonomi daerah dewasa ini, memiliki atau menampakkan suatu kecenderungan dimana daerah yang kaya akan sumberdaya alam lebih cepat menikmati kemajuan pembangunan bila dibandingkan dengan wilayah lain yang miskin akan sumberdaya alam, hal ini diperparah lagi dengan keterbatasan kualitas sumberdaya manusia. Apabila kondisi seperti ini terus berlanjut maka tidaklah terlalu mengherankan manakala issu tentang ketimpangan pembangunan antara wilayah (kawasan) yang merebak di akhir Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama yang lalu, kembali muncul dengan sosok yang semakin mengkhawatirkan.
Bagaimana menggunakan sumberdaya alam untuk kepentingan rakyat banyak akan sangat tergantung pada kemauan politik (political will) dan tindakan politik (political action) dari pemerintahan daerah”. (Wasistiono, 2003)
1.2 Sumber Daya Sementara
a. Barang yang Menggunakan Waktu
Produk yang memerlukan pemakaian waktu dala mengkonsumsinya. Contoh: Menonton TV, Memancing, Golf, Tennis (waktu Senggang) Tidur, perawatan pribadi, pulang pergi (waktu wajib)
b. Barang Penghemat Waktu
Produk yang menghemat waktu memungkinkan konsumen meningkatkan waktu leluasa mereka. Contoh: oven microwave, pemotong rumput, fast food
1.3 Sumber Daya Kognitif
Pengertian sumber daya kognitif adalah kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan.
a. Periode sensorimotor
Menurut Piaget,bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam sub-tahapan:
1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.
4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.
6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreatifitas
b. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan bahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.
c. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
• Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
• Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme(anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
• Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
• Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
• Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
d. Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
e. Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif penawaran normal, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Skema berupa kategori pengetahuan yang membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan, informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengann burung kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.
Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.
Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label "burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.
Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

1.4 Pengetahuan Organisasi:
Pengetahuan Konsumen akan Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Apa yang dibeli, berapa banyak yang dibeli, dimana membeli dan kapan membeli akan tergantung kepada pengetahuan konsumen mengenai hal-hal tersebut.
Pengetahuan Konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
(1) Pengetahuan ttg karakteristik/atribut produk
(2) Pengetahuan ttg manfaat produk
(3) Pengetahuan ttg kepuasan yg diberikan produk kepada konsumen.
(1) Manfaat Fungsional, yaitu manfaat yg dirasakan konsumen secara fisiologis
(2) Manfaat Psikososial, yaitu aspek psikologis dan aspek sosial yang dirasakan konsumen setelah mengkonsumsi suatu produk



BAB 2 PEMBAHASAN
Contoh Studi Kasus: Pengetahuan Konsumen (Consumer knowledge) Mengenai Perbankan Syariah dan Pengaruhnya Terhadap Keputusan Menjadi Nasabah
Bank Syariah dituntut untuk lebih gencar dan berani membuka diri guna terus meningkatkan sosialisasi dengan masyarakat luas terutama dalam menumbuhkan kesadaran akan pentingnya penerapan syariah dalam kehidupan tanpa terkecuali dalam aspek ekonomi.
Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bank syariah menjadi isu strategis dalam pengembangan bank syariah di masa yang akan datang. Semakin baik pengetahuan tentang bank syariah semakin tinggi kemungkinan untuk mengadopsi bank syariah. Sebagian besar masyarakat yang mengadopsi bank syariah masih dominan dipengaruhi oleh emosi keagamaan belum berdasarkan pada pemahaman rasional yang baik.

               Pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimilki konsumen mengenai berbagai macam produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang terkait dengan produk dan jasa tersebut dan informasi yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen.
§           Pengetahuan Produk
Pengetahuan produk sendiri merupakan konglomerat dari banyak jenis informasi yang berbeda. Pengetahuan produk meliputi :
a). Kesadaran akan kategori dan merek produk di dalam kategori produk
b). Terminologi produk
c). Atribut atau ciri produk
§    Pengetahuan Pembelian
Pengetahuan Pembelian (Purchase knowledge) mencakupi bermacam potongan informasi yang dimiliki konsumen yang berhubungan erat dengan perolehan produk.Kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan mengenai merek spesifik
§  Pengetahuan Pemakaian
Pengetahuan pemakaian (Usage knowledge) mencakup informasi yang tersedia di dalam ingatan mengenai bagaimana suatu produk dapat digunakan dan apa yang diperlukan untuk menggunakan produk tersebut
















Tabel 4.11
Pengetahuan Konsumen Mengenai Kehandalan Prinsip Bagi Hasil
dan Keputusannya Menjadi Nasabah 

Bobot Penilaian
Pengetahuan
Konsumen
Bobot
Penilaian
Keputusan Menjadi Nasabah
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Sangat Mengetahui
11
11
Sangat
Menentukan Keputusan
39
39
Mengetahui
42
42
Menentukan Keputusan
39
39
Kurang Mengetahui
33
33
Kurang
Menentukan Keputusan
22
22
Tidak
Mengetahui
13
13
Tidak
Menentukan Keputusan
0
0
Sangat
Tidak Mengetahui
1
1
Sangat Tidak Menentukan Keputusan
0
0
Total
100
100
Total
100
100
       
Dilihat dari sisi pengambilan keputusan terdapat komposisi yang berimbang antara nasabah yang menyatakan “sangat menentukan” dan ”menentukan” keputusannya untuk menjadi nasabah Bank Syariah Mandiri dengan komposisi 39 % dari total responden.          





Tabel 4.12
Pengetahuan Konsumen Mengenai Ciri Khas Islami
dan Keputusannya Menjadi Nasabah 

Bobot Penilaian
Pengetahuan
Konsumen
Bobot
Penilaian
Keputusan Menjadi Nasabah
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Sangat Mengetahui
21
21
Sangat
Menentukan Keputusan
70
70
Mengetahui
61
61
Menentukan Keputusan
22
22
Kurang Mengetahui
17
17
Kurang
Menentukan Keputusan
7
7
Tidak
Mengetahui
1
1
Tidak
Menentukan Keputusan
1
1
Sangat
Tidak Mengetahui
0
0
Sangat Tidak Menentukan Keputusan
0
0
Total
100
100
Total
100
100

Sebesar 70 % responden menyatakan variabel ini elemen yang “sangat menentukan” keputusan menjadi nasabah karena memang atmosfer perusahaan inilah yang menjadi daya tarik tersendiri jika dibandingkan dengan bank konvensional.
Tabel 4.13
Pengetahuan Konsumen Mengenai Kemudahan
Prosedur Pembukaan Rekening & Proses Transaksi
 dan Keputusannya Menjadi Nasabah 

Bobot Penilaian
Pengetahuan
Konsumen
Bobot
Penilaian
Keputusan Menjadi Nasabah
Frekuensi
%
Frekuensi
%
Sangat Mengetahui
14
14
Sangat
Menentukan Keputusan
21
21
Mengetahui
53
53
Menentukan Keputusan
46
46
Kurang Mengetahui
26
26
Kurang   
Menentukan Keputusan
28
28
Tidak
Mengetahui
7
7
Tidak
Menentukan Keputusan
5
5
Sangat
Tidak Mengetahui
0
0
Sangat Tidak Menentukan Keputusan
0
0
Total
100
100
Total
100
100

Penilaian keputusan konsumen menunjukkan 46 % “menentukan” dan 28 % “kurang menentukan” keputusannya menjadi nasabah. Sehingga factor kemudahan prosedur pembukaan transaksi dan proses transaksi ini harus terus diupayakan perusahaan agar tidak hanya dapat berjalan efektif namun juga efisien.






BAB 3 PENUTUP
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, khususnya pada perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dalam bab IV, dapat ditarik beberapa kesimpulan dari penelitian pengetahuan konsumen mengenai perbankan syariah dan pengaruhnya terhadap keputusan menjadi nasabah, sebagai berikut :
1.      Menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan nasabah mengenai atribut produk BSM masih tergolong kurang baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh jawaban yang diberikan responden yang mengarah pada bobot penilaian kurang mengetahui terhadap variabel yang diteliti seperti pengetahuan tentang keragaman produk, kualitas produk, ketersediaan sarana dan prasarana, serta ketersediaan sarana informasi. Namun pengetahuan tentang kehandalan prinsip bagi hasil, ciri khas Islami, kemudahan prosedur pembukaan rekening dan transaksi, kredibilitas/reputasi BSM, jaminan keamanan bank sudah terbilang baik. Dari sisi pengambilan keputusan, hampir keseluruhan item dalam variabel ini menjadi faktor yang menentukan bahkan sangat menentukan keputusan menjadi nasabah.
               Pengetahuan manfaat produk Bank Syariah Mandiri secara umum telah baik berdasarkan jawaban sebagian besar nasabah yakni mengetahui akan variabel yang diteliti, hanya satu variabel yang belum cukup diketahui responden yaitu manfaat bank syariah yang berperan mendorong pemerataan pendapatan. Dari hasil penelitian juga didapat kecenderungan responden memilih variabel ini sebagai penentu keputusannya menjadi nasabah.
               Selanjutnya pengetahuan akan nilai kepuasan yang diperoleh nasabah ketika menabung pada Bank Syariah Mandiri dinilai telah baik karena mayoritas nasabah menyatakan mengetahui item pertanyaan yang diajukan seiring dengan keputusannya menjadi nasabah ternyata sangat ditentukan oleh variabel tersebut.
2.         Dari hasil perhitungan dan pengujian statistik secara simultan dengan metode regresi multiple yang menggunakan SPSS for windows versi 11.5 diperoleh nilai R yang berasal dari perhitungan antara variable X dan variable Y, untuk kemudian dilakukan pengujian dengan membandingkan  Fhitung > Ftable maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pengetahuan konsumen mengenai perbankan syariah dengan keputusan menjadi nasabah Bank Syariah Mandiri. Artinya terdapat kontribusi atau pengaruh variabel independent (pengetahuan konsumen mengenai perbankan syariah) terhadap variabel dependent (keputusan menjadi nasabah).
3.         Jenis pengetahuan konsumen yang memberikan kontribusi terbesar terhadap keputusan menjadi nasabah Bank Syariah Mandiri diketahui dengan menghitung koefisien multiple parsial. Selanjutnya setelah melalui uji t didapatkan jenis pengetahuan yang paling berpengaruh terhadap keputusan menjadi nasabah secara berturut-turut adalah variable X2 (pengetahuan manfaat produk) dan X3 (pengetahuan nilai kepuasan), sedangkan variable X1 (pengetahuan atribut produk) tidak memiliki pengaruh yang signifikan.





SARAN
               Mengacu pada hasil pengolahan data dan pembahasan, saran-saran yang dapat penulis berikan :
·         Bank Syariah Mandiri diharapkan meningkatkan sosialisasi yang tidak hanya berorientasi pada publikasi eksistensi perusahaan tetapi juga penekanan pada pemahaman masyarakat khususnya nasabah berupa sosialisasi yang sifatnya informatif dan edukatif, melalui sarana kunjungan, penyuluhan, publikasi berbagai media massa, dan sponsorship. Adapun melalui kegiatan tersebut diharapkan pengetahuan nasabah mangenai perbankan syariah akan semakin meningkat.
·         Peningkatan baik secara kuantitas maupun kuanlitas pelayanan seperti memperluas jaringan kantor cabang, menambah jumlah ATM, dan peningkatan variasi produk melalui inovasi yang sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen.
·         Dengan segala keterbatasan dalam penelitian ini, penulis berharap agar dilakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan Consumer knowledge pada konsumen perbankan syariah karena banyak hal yang dapat digali seputar variabel yang diteliti sehingga akan memberikan masukan sekaligus manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan demi perkembangan sektor perbankan syariah.